Agama
Zoroaster telah manggung di dunia ini selama 3 milenium lebih. Salah satu
faktor agama mampu bertahan begitu lama adalah karena agama ini memilki karya.
Karya tersebut yang dijadikan kitab suci agama Zoroaster yang dikenal dengan
nama Avesta, dari akar kata Avistak, bermakna “bacaan”.[1]
Sedangkan pengertian lanjutan dari Avesta bermakna pengetahuan,
seperti Weda, kitab suci agama Hindu di India. Sebagaimana Alkitab, yang
merupakan himpunan kitab suci agama Yahudi yang terdiri atas 36 kitab, yang
oleh dunia Kristen disebut Perjanjian Lama, maka kitab suci Avesta itu dulunya
terdiri atas 21 buah Kitab. Tetapi kini hanya tinggal 5 buah kitab, yaitu
Yasna, Vispered, Vendibad, Yasht, dan Khorda Avesta.[2]
1. Kitab
Yasna
Himpunan nyanyian pujian yang
terdapat dalam kitab Yasna terdiri atas 72 buah haiti (pasal) yang terbagi atas tiga bagian sebagaimana berikut:
a. Bagian Pengantar, yaitu
pasal 1-27 tentang minuman suci yang disebut hooma atau hooma Yasht.
Pasal 12 berisikan bunyi pengakuan keimanan/syahadat dan merupakan dokumen
bernilai dalam sejarah peradaban.
b. Ghatas,
pasal 28-54 yang memuat tentang bimbingan dan tuntunan, wahyu
terpanjang kepada sang Nabi. Gathas dipandang paling utama di dalam keseluruhan
kitab suci Avesta, karena masih memperlihatkan ungkapan-ungkapan tua menuruti
gaya bahasa Iran Tua. Lebih tegas dinyatakan, bahwa Ghatas adalah nyanyian atau
ode yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri.
Ghatas memuat ajaran yang dikemukakan sendiri oleh Zoroaster, sayang bantuan
ilmu bahasa hanya berhasil memahami sebagian dalam menangkap makna-makna yang
kabur.[3]
Isi bagian Ghatas ini bertentangan dengan Yashts, yang merupakan langkah mundur
pada Paganisme. Dalam kitab Yashts, dikemukakan suatu konsep yang
terdapat dalam kitab suci agama Hindu, Rig Weda. Padahal Politeisme ini
ditentang oleh Zarathustra. Baik dalam Yashts maupun dalam Rig Weda dijumpai
sejumlah besar dewa dan setengah dewa.
c. Apero
Yasno, merupakan pasal 55-72 yang
berisikan himpunan nyanyian pujaan terhadap kodrat-kodrat gaib, yang terdiri
atas:
a).
Sraosha Yasht, pasal 57.
b).
Pujaan terhadap api, pasal 62.
c).
Pujaan terhadap air, pasal 63-69.
d). Pujaan
terhadap kodrat-kodrat lainnya.[4]
a.
Tentang
jalan keselamatan satu-satunya bagi manusia yaitu mengikuti jalan Ahura Mazda:
Seseorang yang
beriman itu serba tahu dan serba asih, seperti Engkau Ahura Mazda. (Yasna, 43:3)
b.
Tentang
bersikap baik terhadap orang yang bersikap baik, dan bersikap keras terhadap orang
yang berbuat kesalahan:
Baik
punseseorang itu berkuasa atas yang sedikit ataupun atas yang banyak, ia
mestilah memperlihatkan cinta-kasih terhadap yang benar tetapi bengis terhadap
dukana. (Yasna, 47:33:23)
2. Kitab
Vispered
3.
Kitab
Vendidad
a.
Hukum-hukum
dalam bidang pertanian.
b.
Hukum-hukum
dalam bidang peternakan.
c.
Hukum-hukum
tentang benda suci: Bumi, air dan api.
d.
Hukum-hukum
tentang pembersihan tubuh.
e.
Hukum-hukum
tentang pemurnian diri.
f.
Hukum-hukum
tetntang tata bakti kepada Ahura mazda.
Semua hukum yang termaktub dalam Kitab Vendidad ini berpangkal
seluruhnya pada sebuah doktrin yang paling pokok, yaitu perang terhadap Angra
Mainyu dan seluruh kodrat jahat, di dalam pelaksanaa kebaktian terhadap Ahura
Mazda.[7]
Berikut salah satu isi ayat dalam kitab Vendidad:
a.
Tentang
kewajiban mensucikan diri
Kebersihan
diri haruslah dipelihara dan dijaga dengan sangat tertib dengan memotong
rambut, mengerat kuku. (Vendidad,
17:1-11)
3. Kitab
Yashts
Kitab yashts merupakan kumpulan
nyanyian keagamaan kepada para Izad, yaitu kodrat-kodrat gaib yang termulia.
Kitab ini terdiri atas 21 buah nyanyian pujian dan merupakan kumpulan tambahan
bagi kitab Yasna. Pasal 9-10 kitab ini, berisi sajak agamawi bermutu tinggi
peninggalan Iran Kuno, serta menyajikan kisah-kisah keagamaan dan
sejarah. Pasal-pasal lainnya berisikan kisah-kisah tentang Ahuras
dan daevas, disertai kisah-kisah yang berisi kiasan. Bab yang dipandang paling
penting dari seluruhnya adalah Yashts XIX, yang berisikan kisah tentang
Zarathustra, beserta ajarannya tentang akhir alam semesta dan tentang peradilan
terakhir dari Ahura Mazda.[8]
Salah satu isi ayat dalam kitab
Yasht berbunyi:
Takzdim kami pada para pelindung Fravashes yang teguh, yang
bertarung disisi Tuhan. Mereka datang kepadanya laksana gerombolan elang perkasa.
Mereka datang bak senjata dan perisai, melindunginya dari belakang dan dari
depan, dari yang terlihat, dari iblis
varenya betina, dari semua penyebar kebatilan yang ingin mencalakainya, dan
dari iblis yang menginginkannya musnah, Angra Mainyu (Abu Lahab). Seakan ada
ribuan orang melindungi satu manusia, sehingga tidak ada pedang yang terhunus,
tidak ada yang diayun, panah yang meluncur dari busur, lembing yang terbang,
maupun batu yang dilempar yang bisa mencelakainya. (Yasht, 63: 70-72)
4. Kitab
Khorda Avesta
Ajaran Zarathustra bertekad memperbaiki sistem kepercayaan termasuk penyembah dewa, patung, dan kepercayaan kepada sihir. Sayangnya, bantuan ilmu bahasa hanya berhasil dalam kitab suci. Maka dalam perkembangan selanjutnya, penulisan ulang Avesta membawa ajaran yang kontradiktif. Contoh nyata, kontradiktif ajaran ketuhanan yang terkandung dalam kitab Ghatas dengan Yashts. Dalam Yashts justru dikemukakan suatu konsep politeisme (daevas) yang mirip dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci agama Hindu Rig-Veda. Pada konsep politeisme inilah yang ditentang Zoroaster.[10]
Assalamu'alaikum. salam kenal,.sdrku-ad jual kitab " Avesta dan desatir versi bhs Indonesia?
BalasHapus