Gelombang
helenisasi yang dilakukan oleh Alexander The Great berlangsung dibawah
kekaisaran Seleukus (Saleucids) yang berlangsung hingga 141 SM dan kekaisaran
Parthia disebut juga dinasti Arsacia (247-224 SM), menjadikan perpaduan
kebudayaan Persia dan Yunani. Mitologi greek yang memuja Dewa Zeus, Dewa Matahari
dan pemujaan ddewa-dewa lainnya bercampur dengan kepercayaan Zoroaster.[1]
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya pengaruh Yahudi dan Nasrani melahirkan
aliran-aliran baru yang akan dibahas dibawah ini.
1.
Aliran
Manicheisme (Maniisme)
Pandangan
Manes yang sejalan dengan agama Kristen yaitu penggunaan istilah kodrat
terang, yang senada dengan penyebutan Jesus Kristus sebagai kodrat
terang. Sedangkan pandangannya ajarannya yang merupakan campuran atara
ajaran agama Nasrani dan Zoroaster, berpandangan bahwa alam muncul dari dua
asal: cahaya dan kegelapan, sekaligus
menganggap keadaan manusia dibumi sebagai kutuk dan laknat. Juga
cenderung kepada paham kependetaan yang melarang menikah. Selama manusia
memberikan keturunan, maka laknat terhadapnya akan terus berlangsung.[3]
Manichaenisme
berkembang pesat pada masa Khosru Shapur 1 (240-271 M) dari dinasti Sassanids,
dan bahkan di umumkan menjadi agama resmi dalam wilayah Imperium Parsi pada
masa Khosru Hormidz (271-272 M). Namun pada masa Khosru Bahram 1 (272-275 M),
yang sangat fanatik terhadap agama Majusi, Manes ditangkap dan di serahkan
kepada kaum Majusi yang segera mentalibnya. Namun demilian ajaran
Manicheanismeterus berkembang hingga keluar Iran sampai pada abad pertengahan
ke-13. St Agustinus (354-430). Aliranini berhenti pengaruhnya di dunia barat
setelah di basmi oleh gerakan yang dikenal denganistilah Great Inquisition.[4]
2.
Aliran
Mazdaisme (Mazdak)
3.
Aliran
Mithraisme
Dipandang sebagai perkembangan dari
Mazdaism, meski hanya perkembangan semu. Ditengah pengaruh Greek, mengambil
sebagia kecil rumusan kepercayaan Mazdaism, dan mengangkat Mithra sebagai
dewata tertinggi (supreme god) diidentikan dengan Dewata Matahari (sun
God), yang kemudian menjadi pusat pemujaan. Mithra dalam mitologi Iran kun0
adalah Dewa Terang. Dalam Mazdaism, kedudukannya hanyalah salah satu Ahuras,
sebagaimana halnya dalam agama Brahma di India, dan
Budha Theravada. Meski dalam Budha Mahayana, Mithra dianggap
sebagai Bodhisatva, memiliki kedudukan tinggi tetapi tidak setinggi yang di
berikan dalam Mithraisme. Mithraisme tidak berkembang di Iran, tetapi
berkembang pesat di wilayah Asia kecil dan Wilayah Imperium Roma. Pada abad
ke-4 M, Mithraisme kehilangan pengaruh dan penganut terlebih setelah agama
Kristen diumumkan menjadi agama resmi dalam wilayah Imperium Roma oleh kaisar
Konstantin yang Agung (Constantine the Greet, 306-337 M).[6]
4.
Jemaat
Parsis India
Pada
abad ke-9 M sisa-sisa penganut Mazdaisme keluar dari Iran dan menuju ke India,
dan menetap di kota Bombai dan sekitarnya. Keturunan mereka ini lah yang dewasa
ini dan menyebut diri mereka sebagai
Jemaat Parsis dan mengaku sebagai penganut Zarathustra dan mengakui Avesta
sebagai kitab suci dan pedoman hidup. Jumlah anggota Jemaat Parsis kurang lebih
200.000 orang.[7]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar