Kamis, 23 November 2017

Sekte-Sekte Agama Zoroaster

Gelombang helenisasi yang dilakukan oleh Alexander The Great berlangsung dibawah kekaisaran Seleukus (Saleucids) yang berlangsung hingga 141 SM dan kekaisaran Parthia disebut juga dinasti Arsacia (247-224 SM), menjadikan perpaduan kebudayaan Persia dan Yunani. Mitologi greek yang memuja Dewa Zeus, Dewa Matahari dan pemujaan ddewa-dewa lainnya bercampur dengan kepercayaan Zoroaster.[1] Bahkan dalam perkembangan selanjutnya pengaruh Yahudi dan Nasrani melahirkan aliran-aliran baru yang akan dibahas dibawah ini.

1.      Aliran Manicheisme (Maniisme)
Aliran Mani muncul pada abad ke-3 M didirikan oleh Manes (216-276 M), berasal dari keturunan bangsa Ecbatana, bagian utara sungai Tigris, Iran. Mendapat pendidikan yang baik dari ayahnya dan ketika dewasa menjadi anggota sekte Mandaens, perpaduan agama Yahudi dan Majusi. Pada masa kehidupan Manes, dua agama besar berkembang di Iran, yaitu Majusi dan Kristen. Manes mempelajari keduanya dengan amat mendalam dan sungguh-sungguh,sampai akhirnya dia mengumumkan suatu kepercayaan baru yang merupakan sinkronisasi dari kedua agama itu. Ia berpandangan bahwa alam semesta  dikuasai duakodrat, yakni kodrat terang dan kodrat gelap. Manes meyakini dirinya sebagai terakhir (last prophet). Dan mengakui bahwa Noah, Abraham, Zarathustra, Budha Gautama, dan Kristus ialah nabi-nabi untuk zamannya.[2]


Pandangan Manes yang sejalan dengan agama Kristen yaitu penggunaan istilah kodrat terang, yang senada dengan penyebutan Jesus Kristus sebagai kodrat terang. Sedangkan pandangannya ajarannya yang merupakan campuran atara ajaran agama Nasrani dan Zoroaster, berpandangan bahwa alam muncul dari dua asal: cahaya dan kegelapan, sekaligus  menganggap keadaan manusia dibumi sebagai kutuk dan laknat. Juga cenderung kepada paham kependetaan yang melarang menikah. Selama manusia memberikan keturunan, maka laknat terhadapnya akan terus berlangsung.[3]
Manichaenisme berkembang pesat pada masa Khosru Shapur 1 (240-271 M) dari dinasti Sassanids, dan bahkan di umumkan menjadi agama resmi dalam wilayah Imperium Parsi pada masa Khosru Hormidz (271-272 M). Namun pada masa Khosru Bahram 1 (272-275 M), yang sangat fanatik terhadap agama Majusi, Manes ditangkap dan di serahkan kepada kaum Majusi yang segera mentalibnya. Namun demilian ajaran Manicheanismeterus berkembang hingga keluar Iran sampai pada abad pertengahan ke-13. St Agustinus (354-430). Aliranini berhenti pengaruhnya di dunia barat setelah di basmi oleh gerakan yang dikenal denganistilah Great Inquisition.[4]

2.      Aliran Mazdaisme (Mazdak)
Pelopornya adalah Mazdak, muncul pada abad ke-5 M untuk mereformasi ajaran-ajaran Maniisme. Merupakan sinkronisasi antara agama Zarathustra, dengan mitologi Greek, dan animksme tua Iran. Selama lima abad kekuasaan bangsa Greek, semakin berkembang dan menjadi sistem keagamaan. Pelayanan upacara keagamaan yang khusus dalam Mazdaisme melahirkan jabatan-jabatan keagamaan. Herbeds, panggilan bagi para pelayan keagamaan. Mobeds, panggilan bagi para Imam yang menyelenggarakan upacara kebaktian, dan Destur Mobeds, panggilan untuk kepala imam di setiap wilayah.[5]


3.      Aliran Mithraisme
Dipandang sebagai perkembangan dari Mazdaism, meski hanya perkembangan semu. Ditengah pengaruh Greek, mengambil sebagia kecil rumusan kepercayaan Mazdaism, dan mengangkat Mithra sebagai dewata tertinggi (supreme god) diidentikan dengan Dewata Matahari (sun God), yang kemudian menjadi pusat pemujaan. Mithra dalam mitologi Iran kun0 adalah Dewa Terang. Dalam Mazdaism, kedudukannya hanyalah salah satu Ahuras, sebagaimana halnya dalam agama Brahma di India, dan Budha Theravada. Meski dalam Budha Mahayana, Mithra dianggap sebagai Bodhisatva, memiliki kedudukan tinggi tetapi tidak setinggi yang di berikan dalam Mithraisme. Mithraisme tidak berkembang di Iran, tetapi berkembang pesat di wilayah Asia kecil dan Wilayah Imperium Roma. Pada abad ke-4 M, Mithraisme kehilangan pengaruh dan penganut terlebih setelah agama Kristen diumumkan menjadi agama resmi dalam wilayah Imperium Roma oleh kaisar Konstantin yang Agung (Constantine the Greet, 306-337 M).[6]


4.      Jemaat Parsis India

          Pada abad ke-9 M sisa-sisa penganut Mazdaisme keluar dari Iran dan menuju ke India, dan menetap di kota Bombai dan sekitarnya. Keturunan mereka ini lah yang dewasa ini  dan menyebut diri mereka sebagai Jemaat Parsis dan mengaku sebagai penganut Zarathustra dan mengakui Avesta sebagai kitab suci dan pedoman hidup. Jumlah anggota Jemaat Parsis kurang lebih 200.000 orang.[7]







[1] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 47
[2] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 48
[3] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 49
[4] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 49
[5] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 50
[6] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 51
[7] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Agama Zoroaster

Nama Zoroaster, bagi sebagian orang, mungkin masih asing. Andaipun mengetahuinya, kebanyakan orang mengenalnya hanya sebatas sebagai ...