Nama
Zoroaster, bagi sebagian orang, mungkin masih asing. Andaipun mengetahuinya,
kebanyakan orang mengenalnya hanya sebatas sebagai agama atau kepercayaan yang
menyembah api. Selama ratusan tahun, ungkapan penyembah api memang sudah
menjadi atribut bagi para penganut Zoroaster. Padahal, jika kita mencoba untuk menelaah
lebih dalam, atribut ini tidak pantas disematkan kepada penganut agama ini.[1]
Di negara Barat, agama Zoroaster dikenal dengan nama Zoroastrianism,
karena nama nabinya, Zarahustra, oleh orang-orang Yunani kuno disebut dengan
Zoroaster. Ia adalah orang Iran yang hidup pada zaman prasejarah.[2]
Dalam sejarahnya, Zarahustra (seorang nabi Persia yang dikenal di
Barat sebagai Zoroaster)[6]
datang ke masyarakat Persia dan mengajak mereka untuk menyembah Ahura Mazda,
Tuhan agama ini, Tuhan yang universal, Maha Kuasa, Sang Pencipta, serta segala
puja dan sembah ditujukan kepadanya.[7]
Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya Ahura Mazda yang harus
disembah di tengah konteks kepercayaan tradisional masyarakat Iran yang kuat
dengan pengaruh politeisme.[8]
Sedangkan mengenai api, mereka hanya menghormatinya karena api merupakan salah
satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan.[9]
Ajaran-ajaran agama Zoroaster pada mulanya diwariskan turun-temurun
secara lisan dalam masyarakat pemeluknya hingga akhirnya pada masa dinasti
Sasania, tepatnya di bawah pemerintahan Khusraw (531-578 M), ajaran-ajaran
tersebut mulai ditulis. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Persia menengah yang
juga disebut Pahlavi. Dari buku-buku inilah ajaran agama Zoroaster sekarang
bisa diketahui.[10]
Zoroastrianisme merupakan agama pertama yang menghadirkan konsep
monoteisme. Sebagai sebuah sistem teologi, pemikiran Zoroastrianisme sangat
modern pada zamannya. Jika membaca ajaran-ajarannya, ada sesuatu yang baru yang
dibawa Zarahustra dalam mencapai konsep dan pemahaman tentang realitas.
Perubahan persepsi tentang Sang Maha Kuasa tidak hanya mengubah sistem
pemikiran, melainkan juga peradaban hingga kini. Zoroastrianisme mengubah wajah
dunia menjadi sangat indah, bak taman bunga yang keindahannya terletak perayaan
keragaman warna di dalamnya.[11]
Oleh karena itu, tidaklah terlalu berlebihan jika tradisi Yahudi,
Kristen, Islam dan agama lainnya yang menganut paham monoteisme berutang pada
agama tertua di Iran ini. Mungkin klaim ini terdengar sedikit berlebihan, namun
pendapat ini berdasarkan penelitian antropologis yang serius. Dan, pendapat ini
perlu kita apresiasi dalam kerangka pola pikir yang terbuka terhadap pendekatan
ilmu-ilmu sosial, terutama sejarah (historis).[12]
Sebagaimana diketahui, selain Zoroaster, di Persia terdapat pula
madzhab keagamaan dan ritual lain, seperti Maniisme, penyembah api, dan Mazdak.
Mazhab Mazdak ini menggugurkan hak kepemilikan individu. Penganutnya meyakini
kepemilikan bersama, termasuk perempuan, harta, serta menghapus tradisi
pernikahan. Ajaran Mazdak pernah dianut dan dijalankan oleh seorang raja dari
Dinasti Sasanid.[13]
Zoroaster, maupun madzhab-madzhab keagamaan lainnya yang muncul di
Persia, tidak dapat dipungkiri memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap
tradisi agama Yahudi, khususnya konsep kehidupan akhirat dan adanya Messiah
atau Sang Penyelamat. Hal ini terbukti bahwa salah satu sekte Yahudi, yaitu
Jemaah Asiniyyah, sangat terpengaruh kuat oleh ajaran Zoroaster, terutama dalam
konsep-konsep dualisme, seperti peperangan antara kebaikan dan kejahatan.
Meskipun demikian, di antara kelompok-kelompok agama tersebut, kelompok yang
paling penting di dunia adalah agama Zoroaster atau Parsi India. Kelompok ini
sering dibandingkan dengan kelompok Yahudi.[14]
Dalam perkembangannya, agama Zoroaster menjadi agama resmi kerajaan
Persia pada zaman dahulu. Akan tetapi, seiring masuknya agama Islam di Iran,
penganut Zoroaster pun semakin sedikit. Hingga saat ini, hanya beberapa
komunitas Zoroaster yang masih bertahan. Selain itu, tersendatnya perkembangan
agama ini karena mereka tidak menekankan missionarisasi dan ajakan konversi,
tetapi mereka tetap terbuka jika seseorang ingin konversi ke agama Zoroaster.[15]
Sebelum
agama dan ajaran Zoroaster muncul serta menjadi agama resmi Persia, penduduk di
negri tersebut menganut kepercayaan paganism, politeisme, dinamisme, dan
animisme. Sebelum masa kekuasaan Media, orang-orang pribumi non-Aria di Iran,
memiliki agama yang bernama ajaran Magi. Dalam bahasa Iran Kuno, frase magh
(magusy) bermakna pelayan.[16]
[1] Ali Imron, Sejarah
Terlengkap Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), h. 269
[2] Mukti Ali, Agama-Agama
di Dunia, (Yogyakarta: Hanindita, 1988), h. 269
[3] Zainul Bahri, Satu
Tuhan Banyak Agama, (Jakarta: Mizan, 2011), h. 271
[4] Talhas, Pengantar
Studi Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Galura Pase, 2006), h. 165
[5] Ali Imron, Sejarah
Terlengkap Agama-Agama di Dunia, h. 269
[6] Michael Keene,
Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 174
[7] Arifin, Menguak
Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, (Jakarta: Golden Trayon, 1986), h. 18
[8] Dhavamony, Fenomenologi
Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 124
[9] Ali Imron, Sejarah
Terlengkap Agama-Agama di Dunia, h. 270
[10] Mukti Ali, Agama-Agama
di Dunia, h. 269
[14] Sami’ ibn
Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: al-Mahira, 2011),
h.471
[16] Husain
Taufiqi, Terj. Asynai ba Adyan-e Buzurgh, (Teheran: Nasyr Samt, 1386 H),
h. 56
Poker at Wynn, Las Vegas | JePhub
BalasHapusPoker at Wynn, 김천 출장안마 Las Vegas. 포천 출장샵 This 태백 출장안마 Poker tournament 토토 사이트 runs from Dec. 7 until Dec. 7 at 7:00 p.m.. Join the 여수 출장마사지 action at Poker Room on Eventbrite.