Kamis, 23 November 2017

Praktek Keagamaan Agama Zoroaster

      1.  Bersuci dan Sembahyang (Beribadah)
Dalam kitab Vendidat, yang berisisi syariat dijelaskan tentang kewajiban mensucikan diri. Kebersihan diri mestilah dipelihara dan dijaga dengan sangat tertib: memotong rambut, mengerat kuku (Vendidat, 17: 1-11; SBE, 4: 190-192).
“Bikinlah dirimu itu murni, orang yang benar. Seseorang di dunia ini akan bisa memenangi kemurnian itu untuk dirinya apabila dia membersihkan dirinya sendiridengan pikiran, perkataan dan perbuatan baik.” (SBE, 4: 141)[1]


Dalam buku Zoroastrians, Their Religious Beliefs and Practice, Mary Boyce mengatakan bahwa waktu pelaksanaan  ibadah orang-orang Persia kuno ialah  ketika matahari terbit, tengah hari, dan matahari terbenam di peruntukkan bagi roh orang yang telah meninggal dunia.[2] Zoroaster memberikan dua tambahan lagi sehingga agama ini mewajibkan untuk beribadah lima kali sehari. Tambahan pertama adalah sepeti waktu ashar dalam agama islam, yaitu tengah-tengah antara tengah hari dan waktu matahari terbenam. Selama musim panas doa yang dibaca pada tengah hari berfungsi membantu orang yang shaleh untuk berfikir tentang kebenaran serta tentang kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang, sedangkan selama musim dingin   peringatan tahunan akan adanya kekuatan jahat yang mengancam dan perlu menangkalnya. Tambahan kedua, waaktu tengah malam, tenggang waktunya sampai saat matahari terbit. Doa dipersembahkan bagi Sraosha, Tuhannya doa. Waktu ini adalah saat kekuatan kegelapan berada pada puncaknya, dan mencari mangsa. Pengikut Zoroaster harus bangun, mengisi minyak dan dupa pada tungku api dan memperkuat kebaikan dengan doa-doa.
Praktik sembahyangnya sebagai berikut:
a.   Mempersiapkan diri dengan mencuci wajah, tangan, dan kaki dari kotoran debu kemudian menutup sebagian mukanya.
b.     Melepaskan tali kawat suci dan berdiri dengan tali dipegang dengan kedua tangan di mukanya, tegak lurus lurud dihadapan penciptanya, mata menatap simbol kebajikan, yakni api.
c.   Selanjutnya berdoa kepada Ohrmazd (Ahura Mazda), mengutuk Ahriman (sambil memukul-mukulkan ujung kawat denga penghinaan), lalu memasang tali kawat lagi sambil masih berdoa.

       2.  Hari-Hari Raya
Ada beberapa perayaan yang dilaksanakan oleh pengikut Zoroaster, diantaranya:
a.     Pateti, hari “penyesalan”. Dari Patet yang bermakna “pengakuan”. Merupakan hari introspeksi, pertobatan, dilaksanakan pada hari terakhir (atau pada 5 hari terakhir) dari tahun kalender.
b.      Sadeh, perayaan pertengahan musim dingin secara tradisional dirayakan selama 100 hari. Setelah hari pertama musim dingin, atau alternatifnya, 50 hari (100 hari dan malam) sebelum hari Tahun Baru. Karena perayaan ini membangun api unggun, di sebut juga AdarJasha.
c.      Zartosht Tidak-Diso, ulang tahun kematian Zarathushtra, dirayakan pada hari ke-11 (Khorshed) dari bulan ke-10 (Dae). Dalam kalender musiman, perayaan kematian Zoroaster jatuh pada tanggal 26 Desember.



d.    Sal Khordad, merupakan hari kelahiran Zoroaster. Dirayakan enam hari setelah Nauruz. Acara ini dianggap sebagai salah satu yang terpenting dalam kalender Zoroaster. Saat upacara sedang berlangsung penganut Zoroaster berkumpul di kuil api dan berdoa, kemudian merayakan dengan pesta.[3]
e.      Noruz/Nauruz (Tahun Baru), adalah pesta wajib ketujuh dan didedikasikan untuk menembak. Ini merupakan perayaan tahun baru Zoroaster dan terjadi pada musim semi.[4]
f.       Gahanbars (Pesta Wajib), perayaan-perayaan yang erat kaitannya dengan musim, yaitu:
1)      Maidyozarem (perayaan pertengahan musim semi).
2)      Maidyoshahem (perayaan pertengahan musim panas).
3)      Paitishahem (perayaan membawa panen).
4)      Ayathrem (perayaan membawa pulang ternak).
5)      Maidyarem (perayaana pertengahan tahun/musim dingin).
6)      Hamaspathmaidyem (perayaan semua jiwa).

        3.  Upacara Keagamaan
a.       Ritual Naojote
Istilah Naojote (sedreh pushi, upacara inisiasi) berasal dari kata nao yang berarti baru dan jote atau zote artinya mempersembahkan doa-doa. Upacara ini merupakan upacara penandaan atau Navjot (kelahiran baru), yaitu perayaan ketika seorang anak di terima masuk kedalam agama Zoroaster, dengan diberikan simbolisasi keimanan baju (sudreh) dan korset (kusti), pakaian suci yang harus di pakai seumur hidup. Upacara ini dilakukan pada saat anak-anak berusia antara tujuh hingga sepuluh tahundan hukumnya wajib bagi semua keluarga Zoroaster, di lakukan oleh mobed (Imam). Setelah mengikuti ritus Naojote. Anak-anak dianggap sudah mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk menjalankan ritus-ritus keagamaan dalam zoroastrianisme.
b.      Kusti
Kusti adalah kain suci yang di kenakan  oleh penganut Zoroaster di sekitar pinggang. Kusti dikenakan tiga kali sehari, terikat dua kali dalam simpul ganda di depan dan belakan, Ujung kusti tergantung di belakang. Penggunaannya sangat simbiolis dan mencerminkan sejumlah nilai dalam iman Zoroaster sebagai pengabdian  kepada Ahura Mazda. Kusti dibuat dari tujuh puluh dua benang putih yang ditenun perempuan dari kelas imam dan ditahbiskan oleh seorang iman. Setiap pembagian kusti memiliki makna agama.
1)      72 benang mewakili bab 72 dari yasna, merupakan bagian dari Avesta.
2)      Benang dibagi menjadi enam bagian, mewakili enam tugas utama seorang Zoroastrian.
3)      Saat kusti selesai, ujung-ujung benang berubah menjadi tiga jumbai di setiap  akhir, mewakili enam festival musiman Gahambars.
4)      Setiap rumbai terdiri dari 24 benang, mewakili 24 bagian dari doa liturgis di sebut Visparad.

       4.  Upacara Perkawinan
Zoroastrianis mendorong masyarakat menikah berdasarkan  anjuran teks-teks agama. Pria dan wanita di bolehkan  menikah setelah mereka mencapai usia 15 tahun.
Sebelum melakukan upacara pernikahan, ada ritual yang harus dilakukan, diantaranya:[5]
a.       Adravvun (Nam Padvun)
Dalam kunjungan pertama ke rumah calon pasanagan, pihak laki-laki memberikan koin perak sebagai pertanda adanya pertunangan.
b.      Divo
Dua lampu yang menyala, satu dimasing-masing rumah kedua mempelai yang akan menikah. Lalu, menempatkan koin perak pada lampu. Selain itu, dilakukan pertukaran cincin kawin.
c.       Adarni
Pada hari ketiga sebelum pernikahan, dilakukan pertukaran hadiah. Pada hari ini, keluarga pengantin pria mengunjungi rumah pengantin wanita dengan membawa semua hadiah, seperti pakaian dan perhiasan. Para kerabat, tetangga, dan teman-teman di suguhi makanan tradisional sev dan sampingan, serta telur rebus dan pisang.[6]



Dalam upacara perkawinan ada dua tahap: mempelai wanita dan mempelai laki-laki serta wali mereka menandatangani kontrak perkawinan. Selanjutnya diikuti dengan pesta dan perayaan yang secara tradisional berakhir 3-7 hari. Bagian terpenting dari upacara perkawinan yaitu tiga kali pengucapan akad perkawinan oleh pendeta resmi, diikuti pemberkatan Tuhan, Amesha Spentas, dan Yazatas pada pasangan baru.

      5.  Ritual Kematian
Agama Zoroaster  lebih mengutamakan roh, dan jasad orang mati dipandang najis. Zoroastrianisme percaya bahwa segera setelah napas telah pergi, tubuh menjadi kotor. Kematian dianggap sebagai karya Angra Mainyu, perwujudan dari semua yang jahat, sedangkan bumi dan segala sesuatu yang indah dianggap sebagai murni pekerjaan Ahura Mazda.



Penguburan dan pembakaran mayat tidak diizinkan, karena akan dianggap akan menodai air, udara, bumi, dan api. Mayat ditempatkan ditempat khusus, disebut Dakhma, menara keheningan (Tower of silence)[7] agar dimakan oleh burung pemakan bangkai.setelah daging jenazah habis dimakan oleh burung pemakan bangkaidan tersisa tulang-belulangnya, maka tulang-tulang tersebut akan dibuang ketengah bangunan kuil.[8] Yang sudah di bagi untuk kaum laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Ada pendapat, menara kesunyian datang sebagai hasil pengaruh Magi,  pendeta dari Medes. Hal ini dipertahankan oleh pengikut Zoroaster dengan alasan agama maupun sanitasi.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian sebagai berikut:
a.       Mayat dibiarkan dalam suatu ruangan rumah selama tiga harisebelum dibawa ke Dakhma.
b.      Di Dakhma, mayat ditelanjangi dan ditidurkan diatas menara terbukadan dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
c.       Sisa-sisa tulang kemudian dibuang kedalam sumur.
Setiap upacara kematian dipimpin oleh pendeta dan diselenggarakan dikuil Bachram, kuil terbesar pengikut Zarathustra dengan apinya yang terus menyala selamanya.




[1] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 43.
[2] Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-agama Dunia, h. 296.
[3] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 43-45.
[4] Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-agama Dunia, h. 302
[5] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 45-46.
[6] Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-agama Dunia, h. 298-299.
[7] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 47.
[8] Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-agama Dunia, h. 300

1 komentar:

Mengenal Agama Zoroaster

Nama Zoroaster, bagi sebagian orang, mungkin masih asing. Andaipun mengetahuinya, kebanyakan orang mengenalnya hanya sebatas sebagai ...