Kamis, 23 November 2017

Video Persahabatan Lintas Agama


Dalam Video ini, kami berkunjung ke sebuah kampung Kristen di daerah Pamulang. Memperkenalkan beberapa gereja dan sekolah di sana. Tak lupa pula, kami berdiskusi dengan Pendeta dan menyapa warga kampung. Di dalamnya juga kami sertakan obrolan canda tawa kami bersama Jacky, seorang Kristiani. Untuk lebih jelasnya, Tonton Video kami...

Simbol-Simbol Agama Zoroaster



Ahura Mazda


=====


Angra Mainyu vs Spenta Mainyu


=====


Spitama Zarahusta


=====


Tower Of Silence
(Pemakaman Umat Zoroaster)


https://agamaminorr.wordpress.com/2013/05/28/agama-zarathustra/
====


Tempat Suci


 Gunung Har Barzati
|

 Kota Yazd
|

 Museum Kerman
|

Gunung Ushi Darena
|

======

Sekte-Sekte

Jema'at Parsi India

=

Manicheisme
=

Mazdaisme (Mazdak)
=

Mithraisme
=

Makalah Kelompok

Agama Zoroaster

Oleh:
Aennul Yaqin
Muhammad Babay Muztaba
Teti Mulyati


Video-Video Agama Zoroaster


BBC - Zarahusta (Prophet of Persia)


Dalam Video ini, dipaparkan bagaimana Umat agama Zoroaster beribadah, tempat-tempat bersejarah, Simbol-simbol dan pengenalan terhadap pembawa agama Zoroaster.
====


Zoroasterians in Yazd Iran - Iran Video Reisgids


Dalam Video ini, terpapar seorang turis sedang mengenalkan daerah tempat agama Zoroaster muncul dan berkembang, serta mereka merekam tempat-tempat suci mereka.
====


Pir-e-Sabz - Chak-Chak Zoroastrian Shrine Yazd Iran

Video ini memaparkan tempat sakral bagi umat agama Zoroaster, tempat yang mereka jadikan untuk beribadah.
====


Penyebaran Zoroaster


Video ini menampilkan penyebaran sekte-sekte agama Zoroaster ke berbagai wilayah di Persia.

Pokok-Pokok Ajaran Agama Zoroaster

      1. Ajaran Tentang Ahura Mazda
Penganut Zoroaster harus mengimani Ahura Mazda dengan melakukan pengakuan keimanan/Syahadat yang harus diucapkan sebagaimana berikut:
“I confess myself a worshipper of Mazda, a follower of Zarathustra, one who hates the Daevas, and who abeys the Law of Ahura.”
(Saya mengaku diriku penyembah Mazda, pengikut Zarathustra, yang membenci Daevas dan menaati hukum Ahura).[1]
Dasar keimanan yang paling pokok yaitu pengakuan terhadap Ahura Mazda, kodrat Maha Tunggal dan Maha Bijaksana. Di dalam kitab suci Avesta memilikisifat-sifat mulia, yaitu:
a.       Sang Pencipta
b.      Maha Melihat
c.       Maha Mengetahui
d.      Maha Kuasa, Maha Besar
e.       Maha Pemurah
f.       Maha Asih
Dalam kitab Avesta dengan tegas disebutkan:
Ahura Mazda, Maha pencipta, Maha Cemerlang, Maha Agung, Maha Besar dan Maha Baik, Maha Molek, Maha Teguh, Maha Bijaksana, Maha Sempurna, Maha Welas Asih.
Aku inilah yang memelihara, yang menganugrahkan kesehatan, imam, Maha Imam dariseluruh Imam, yang memberikan kemakmuran, Raja yang memerintah atas kemauannya, Raja yang dermawan, Dia yang tidak memperdayakan, Sang Esa yang giat, Maha Esa, penguasa yang baik, Maha Bijaksana dari yang Bijaksana.[2]


     Sebagaimana telah disebutkan oleh Abdul Wafi, Zarathustra ialah seorang Nabi yang mengajarkan dan menyerukan ajaran Monoteisme untuk menyembah Tuhan yang tunggal, Pencipta segala sesuatu dan segala alam, baik yang esensi (roh) maupun materi (Maddah),yang disebutnya dengan nama Ahura Mazda. Maka pengikut Zarathustra awal, Ahura Mazda diyakini sebagai esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia.[3]
Untuk memberi gambaran yang bisa dipahami dan ditangkap akal manusia, Zoroastrianisme membangun rumusan tentang keTuhanan Ahura Mazda dengan dua rumusan penting. Rumusan pertama bersifat transenden (samawi), disimbolkan dengan matahari. Rumusan kedua bersifat imanen, disimbolkan dengan api, keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta alam, terang, suci, tidak dapat terkontaminasi oleh hal-hal buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semesta raya bergantung. Cara ini dianggap paling mendekati gambaran Sang Pencipta yang bisa diterima akal manusia.[4]

      2.  Ajaran Tentang Spenta Mainyu dan Angra Mainyu
Ahura Mazda menciptakan kodrat-kodrat rohani yang tebagi kedalam 2 golongan, Spenta Mainyu (roh yang baik) dan Angra Mainyu (roh yang jahat/Ahriman). Kedua roh ini tidak menciptakan dirinya sendiri. Kedua roh ini selalu bertempur satu sama lain. Angra Mainyu melawan Spenta mainyu. Namun, Ahriman, roh buruk dibatasi oleh ruang dan waktu, diamana pada akhirnya dia akan hancur. Kemenangan akan berada pada roh yang baik dan roh yang jahat akan tenggelam.[5]


            Spenta Mainyu yang bermakna Mainyu yang baik, pengikutnya dipanggil ahuras. Adapun Angra Mainyu bmakna Maiyu yang angkara, pengikutnya dipanggil daevas.[6]
            Spenta Mainyu menempati kedudukan tertinggi dan termulia, yang terdiri atas enam kodrat rohani. Masing-masing kodrat memegang fungsi khusus, sebagaimana berikut:
a.    Vohu Manah merupakan roh yang memiliki jiwa berbudi dan mati disurga. Terkadang, ia disebut dengan pikiran yang baik atau penglihatan yang baik, dan ia akan memberikan dua macam kebijaksanaan terhadap orang yang memperhatikannya. Vohu Manah mengharuskan penganut Zoroaster mengorbankan binatang untuknya. Saat ini, umat Zoroaster mempersembahkan susu dan mentega dalam ritual.
b.    Kshatra vairya merupkan roh yang maha mulia dan pejuang kerajaan yang membela orang miskin. Terkadang, ia disebut kebaikan Dominion Ahura Mazda.
c.     Asha Vahista merupakan kodrat pembela perintah-perintah dunia dan memerangi iblis. Dia adalah roh kebenaran dan keadilan, yang memiliki tujuan untuk memerangi kebohongan.
d.      Armaity merupakan penyongkong kebijaksanaan di Bumi.
e.       Haurvatat merupakan kodrat rohani yang membawa kemakmuran, kemurnian, dan kesehatan. Ia juga dalam komando air dan menggambarkan air dalam upacara Yana.
f.     Ameretat merupakan kodrat rohani yang memberikan kehidupan kekal, setidak-tidaknya umur yang panjang untuk kehidupan yang kekal. Ia menggambarkan haoma dalam upacara Yasna. Ameretat dan Haurvatat hampir selalu berpasangan.[7]
Pengikut Angra Mainyu yang disebut Daevas dijumpai sebnayak 66 kali di dalam kitab suci Avesta pada bagian Ghatas, yakni bagian yang dipandang paling tertua dan masih memiliki ungkapan-ungkapan bahasa Iran Kuno.[8] Bahasa tersebut berasal dari akar kata “diu” menjadi “diabolos” dalam bahasa Greek dan “devil” dalam bahasa inggris. Daevas berfungsi melambangas berfungsi melambangkan kelaparan, kahausan, kan kelaparan, kahausan, kemarahan, keangkuhan, kelobaan, kebohongan, keculasan, dan sebagainya. Sebutan Angra Mainyu sebagai kodrat yang angkara murka, dijumpai dalam ayat sisipan, di dalam Yasna. Angra Mainyu adalah pencetus kematian dan semua yang jahat di dunia. Angra Mainyu harus mempertanggungjawabkan semua tindakkannya di depan Ahura Mazda.[9]
Pada hari peradilan terakhir, Ahura Mazda memerintahkan seluruh makhluk termasuk Angra Mainyu dengan seluruh pembantunya atau pengikutnya, melintasi titi-ujian di atas cairan logam yang meleleh dan setipis rambut dibelah tujuh. Angra Mainyu/Ahriman dan para pembantunya terjerumus dan ditarik ke dalam neraka, dan inilah tempat mereka selama-lamanya. Neraka adalah tempat tinggal Ahriman dan setan-setan.[10]

     3.  Ajaran Tentang Manusia
Konsep tentang manusia dalam agama Zoroaster dapat dijumpai di dalam teks yang berjudul ”Nasihat pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu” atau dikenal juga sebagai “Kitab Nasihat Zarathustra”. Di dalam tulisan tersebut, disebutkan bahwa pada awalnya, manusia berwujud gaib, dan rohnya dalam  bentuk Fravashi atau Fravahr, ada sebelum jasmaninya. Baik jasad mapun rohnya merupakan ciptaan Ahura Mazda, dan roh tidak bersifat abadi . manusia adalah milik Ahura Mazda dan kepada-Nya manusia akan kembali.[11]



Penciptaan atau makhluk bagi Ohrmadz atau Ahura Mazda merupakan suatu kebutuhan bagi pertarungannya melawan Ahriman dan manusia berada digaris depan pertempuran ini. Dalam hal ini, manusia tidak dipaksa tuhan, tetapi memiliki kehendak bebas dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Di dunia, setiap orang bebas memilih baik atau buruk. Jika dia memilih keburukan berarti dia bertindak tidak alami, karena “ayahnya” adalah Ahura Mazda.[12]
             Bagi agama Zoroaster peran manusia di dunia, yaitu bekerja sama dengan alam serta menjalani kehidupan yang saleh dalam mengikuti jejak Ahura Mazda melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik.[13] Di dunia, manusia mempunyai kewajiban untuk hidup berumah tangga dengan mempunyai istri dan anak. Semakin banyak manusia akan semakin baik karena hal ini akan semakin memudahkan untuk mengalahkan Angra Mainyu.[14]

      4.  Ajaran Tentang Kosmologi
Menurut ajaran Zarathustra alam sudah berusia 6000 tahun dan masih akan berusia 6000 tahun lagi, atau usia alam ini 12.000 tahun lamanya. Sesudah 12.000 tahun itu terjadi kiamat. Masa 12.000 tahun ini terbagi menjadi beberapa periode sebagai berikut:
a.       Periode 3000 tahun pertama, merupakan masa ketika Ahura Mazda menciptakan alam semesta. Kemudian Angro Mainyu berusaha menyerang dan menghancurkan alam yang diciptakan Ahura Mazda ini. Hal itu dikarenakan karena Angra Mainyu adalah menyakiti dan merusak alam ciptaan.
b.      Periode 3000 tahun kedua, merupakan Ahura Mazda dan Angra Mainyu beradu kekuatan, dan keduanya pun berusaha saling mengalahkan. Dalam peristiwa inilah, terjadi terang dan gelap serta siang dan malam.
c.       Periode 3000 tahun ketiga, merupakan masa ketika Nabi Zarathustra lahir dan menerima penglihatan dari Ahura Mazda.
d.      Periode 3000 tahun keempat, merupakan masa munculnya seorang Saoshayant, yang diyakini sebagai penyelamat yang akan memerintah dan memelihara bumi. Manusia tersebut akan memimpin manusia untuk melawan dan menghancurkan Angra Mainyu beserta para pengkutnya. Barulah setelah itu, perdamaian dunia akan terwujud.[15]


     5.  Ajaran Tentang Eskatologi
Ajaran eskatologi atau bisa disebut ajaran kehidupan setelah kematian dalam Agama Zoroaster meliputi ajaran tentang kematian, pengadilan kematian, hari akhir, hari kebangkitan, pengadilan terakhir, dan tentang surga neraka. 
a.       Kematian dan Pengadilan saat Kematian
Zarathustra mengajarkan bahwa manusia setelah mati akan melanjutkan kehidupannya di alam lain. Menurut ajaran Zoroaster, kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu, melainkan akan ada suatu kehidupan baru bagi orang-orang yang benar ketika Ormadz menang.eskatologi Zoroaster bertolak dari kepercayaan tentang kekekalan roh manusia yang akan melanjutkan hidupnya di alam rohani, dengan bekal hidup berupa amal perbuatannya selama hidup di dunia. Roh akan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya (baik atau buruk) yang telah dikerjakan di dunia. Setiap roh manusia setelah mati akan gentayangan selama 3 hari di dekat jasad. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan di atas “jembatan pembalasan”, jembatan yang dijaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim yang menimbang perbuatan baik dan buruk manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat, roh diizinkan langsung menuju surga, tetapi jika perbuatan buruknya lebih besar, roh dimasukan kedalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruknya seimbang, maka roh dibawa kesuatu tempat yang bernama Hamestagan atau tempat campuran.[16]
b.      Hari Akhir, Hari Kembangkitan, Pengadilan Terakhir, Surga dan Neraka
Hari akhir dalam Avesta dikenal dengan istilah Frashkereti, dimana kejahatan akan dihancurkan, dan segala sesuatu yang lain kemudian dalam persatuan sempurna dengan Ahura Mazda. Dasar doktrinalnya yaitu:
1)      Kebaikan pada akhirnya akan menang atas kejahatan.
2)      Penciptaan awal bagus, tetapi kemudian dirusak oleh kejahatan (Ahriman).
3)      Dunia pada akhirnya akan dikembalikan ke kesempurnaan pada awal waktu penciptaan.
4)      Keselamatan bagi individu tergantung pada pikiran, perkataan, dan perbuatannya.[17]
Gambaran lebih jelas tentang pengadilan terakhir yaitu melalui suatu titi ujian yang disebut Civanto Peretu, lebih halus dari rambut dibelah tujuh, dibawahnya ada arus gelombang dari cairan logam yang menyala-nyala.[18]
Dari konsepsi tentang pengadilan terakhir bahwa setiap diri akan memperoleh secara setimpal kembali apa yang telah dilakukannya selama hidup didunia, maka gambaran surga dalam agama Zoroaster merujuk pada suatu keadaan kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman menghancurkannya. Surga adalah tempat reuni keluarga yang di dalamnya kehidupan dunia ideal dipulihkan, suami dan istri beerta anak-anaknya hidup bahagia lagi. Kehidupan di surga menjadi penyempurnaan alami dari kehidupan di dunia, dengan pengecualian bahwa manusia tidak lagi mempunyai nafsu makan, menjadi tempat roh memuji Ohrmazd dan Amahraspand. Seluruh keluarga manusia berkumpul dalam keabadian dan kenikmatan abadi.[19]
Adapun neraka hanya menjadi tempat penyiksaan sementara dan bukanmerupakan tempat penyiksanaa abadi. Manusia yang penuh dengan noda dan dosa akan disiksa setimpal dengan perbuatannya. Selanjutnya rohnya akan disucikan. Akhirnya penyucian dosa dilakukan pada pengadilan (hisab) terakhir diakhir zaman. Roh manusia akan menghadapi 2 pengadilan, yaitu pengadilan pada saat kematian dan pengadilan umum pada saat jasad manusia dibangkitkan lagi dan disatukan dengan rohnya. Pengadilan umum diikuti dengan penyusian akhir dari noda dan dosa.tidak ada siksaan abadi, dan akhirnya semua manusia masuk surga.[20]


      6.  Ajaran tentang Etika
Sebagian besar agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Kenyataan kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik adalah baik, jelek adalah jelek.moralitas Zoroaster diungkapkan dalam tiga kata, yaitu humat,hukht, dan huvarsht: pikiran baik, perkataan baik, dan perbuatan baik. Yang utama dari hal ketiga itu adalah perbuatan baik.[21]
Zarathustra membuat undang-undang yang mengatur kehidupan masyarakat, sangat ideal dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Melarang peperangan dan menyerukan perdamaian, membiarkan manusia bebas meganut, mendalami, dan menjalankan mazhab agama yang diyakininya. Zarathustra menyerukan untuk berbuat kebajikan, mencegah kemungkaran, serta menjauhkan dari hal-hal yang keji.[22]
Dalam kitab Yasna disebutkan bahwa, bersikap baiklah terhadap orang yang bersikap baik, dan bersikap keras terhadap orang yang berbuat kesalahan. [23]
7.      Ajaran Tentang Api Suci dan Kuil Api
Zoroatrianisme membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Ahura Mazda dengan simbol matahari sebagai sifat transendensinya, dan simbol api sebagai sifat imanensinya. Keduanya merupakan unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, tidak terkontaminasi oleh hal-hal buruk dan kerusakan. Api ini adalah sebuah obyek yang terus dijaga di hadapan mereka ketika mereka berpikir tentang Tuhan.[24] Zoroaster menganjurkan untuk selalu menyalakan api suci ditungku-tungku api yang terdapat disetiap kuil peribadatan. Para penganut zoroastrianisme beribadah di dalam kuil yang disebut kuil api. Di dalam kuil, api dibiarkan menyala terus mnerus sebagai lambang kehadiran Ahura Mazda dan para penganut melakukan ritual dan berdoa di sekitarnya.[25]


            Ketika akan mendirikan sbeuah kuil api baru, diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada 9 buah lilin atau obor. Nyala api di obor pertama disalurkan untuk nyala api diobor kedua, dan seterusnya hingga pada obor kesembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor yng terakhir itulah yang sampai pada derajat kesucian api. Dari api kesembilan itu dinyalakan api pada tungku kuil baru.[26]



[1] Ali Imron, Agama-agama di Dunia, h. 285
[2] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 24
[3] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 24
[4] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 24
[5] Ali Imron, Agama-agama di Dunia, h. 287
[6] Ali Imron, Agama-agama di Dunia, h. 287
[7] Ali Imron, Agama-agama di Dunia, h. 287
[8] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 25
[9] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 25
[10] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 26.
[11] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 271.
[12] Ali Imron, Agama-agama di Dunia, h. 290
[13] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 31
[14] Ali Imron, Agama-agama di Dunia, h. 290
[15] Ali Imron, Agama-agama di Dunia, h. 289
[16] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 281
[17] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 281
[18] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 281
[19] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 281
[20] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 281
[21] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 281
[22] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 282
[23] Mukti Ali, Agama-agama Dunia, h. 282
[24] Hazrat Inayah Khan, Kesatuan Ideal Agama-Agama, (Yogyakarta: Putra Langit, 2003), h. 218
[25] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 42
[26] Siti Nadroh & Syaiful Azmi, Agama-agama Minor, h. 42

Mengenal Agama Zoroaster

Nama Zoroaster, bagi sebagian orang, mungkin masih asing. Andaipun mengetahuinya, kebanyakan orang mengenalnya hanya sebatas sebagai ...